IDELIALISME YANG DI INTIMIDASI
Ketika mendengar dan membicarakan tentang idealisme pada porsi ini kita berada diantara harapan, prinsip, komitmen dan jati diri. Dalam hal ini, kondisi kekinian telah mendeskripsikan bahwa ternyata idealisme mampu di intimidasi.
Sesuatu yang dipandang bagus berdasarkan nilai yang kemudian mengkonstruksi prinsip hidup lalu lahirlah jati diri. Dari jati diri kemudian mengarah pada restorasi nilai suatu objek, inilah yang kemudian saya sebut idealisme. Dengan demikian, fungsi pikiran seorang manusia seharusnya mampu mengenali idealismenya lalu menjadi pengetahuan yang melekat pada dirinya. Idealisme itu kemudian muncul dan bersifat apriori dan dapat diketahui oleh mereka (manusia) yang berinteraksi lewat kemampuan berfikir rasionalnya.
Pengalaman tidaklah membuahkan idealisme malah justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui idealisme yang didapat melalui penalaran rasional itulah maka kita dapat memahami dinamika yang berlaku disekitar kita. Entahlah atau mungkin saja globalisasi kepentingan, dan barangkali hendak mengisolasi insan idealis lainnya yang nampak dari keterbukanya beraneka pilihan yang tak terbayangkan dan membawa yang asing (pola pikir orang/kelompok) kedalam lingkup kehidupan. Hal ini kemudian kontradiksi dengan teori konstruksi esensi: "semua yang diluar diri adalah musuh". Ketikahal ini dibiarkan maka secara sadar telah terjadi intervensi idealisme, lalu apa gunanya anda meletakkan cita-cita diatas langit?. Bukankah ketika jatuh,anda akan berada diantara bintang-bintang???
Jangan biarkan idealisme itu dibelenggu oleh penindasan pola pikir orang. Ingat, idealisme tidak untuk ditransaksi. Idealisme tidak boleh di intimidasi.
Kehidupan kampus dan eksistensi sebuah lembaga kampus dapat di interprestasikan melalui asumsi yang saya kembangkan yakni tampak terjadinya intimidasi atas idealisme. Bagaimana tidak ketika sebagian mahasiswa mengaku hendak mengisolir idealisme mahasiswa lainnya dengan asumsi bahwa: “kita yang harus berada disana”. Dan yang lainnya, mulai mengusik dan menggerogoti idealisme sesama mahasiswa dengan tujuan agar terisolir, dikarenakan ketidak yakinannya akan keyakinan kemampuan orang lain. Saya hanya ingin mengkritisi kekeliruan implementasi intelektual yang kian mengambang jauh. Saya yakin aku, kamu, dia, dan mereka tentu memiliki idealisme. Dan tidak menghendaki adanya idealisme yang terintimidasi.
Walaupun secara fiktif, bahwa setiap orang bisa mendayagunakan setiap pilihan yang tersirat dalam idealisme, namun saya yakin hal itu dapat berlaku bagi mereka yang berpegang teguh pada idealisme dan tidak mudah dipengaruhi. Walaupun orang asing (pemikiran orang) bertindak menjelaskan terhadap isolasi dan kebebasan radikal yang menenggelamkan individu dalam banjir pilihan darinya, ia mesti memilih,karena tidak lagi menuju intimidasi yang tak terbantahkan maka semuanya terserah pada kecerdasan mereka sendiri, lalu bagaimana agar bisa sampai pada sebuah keputusan yang terandalkan dan lestari? Sederhana saja, kita harus berhati teguh dan tidak mudah terpengaruh. ITU BARU IDEALIS NAMANYA!!!
Salam..
Oleh: Jhon F.D Klaping
Komentar
Posting Komentar