Matinya lembaga kemahasiswaan dan para pihak yang menutup mata.


Oleh: Redaksi



kini BEM dan SENAT sudah tinggal kenangan, kata mahasiswa di kolom komentar, bisa dibilang seperti itu. Sebuah kampus di mana lembaga tertinggi telah mati. Dulu kita sering mendengar ketua-ketua yang terpilih, mereka selalu memiliki gagasan besar terkait masa depan lembaga, dengan berbagai konsep yang disampaikan lewat kata-kata yang dituturkan begitu rapi, namun lihatlah sekarang, semuanya hanya sebatas gagasan, yang sebenarnya demi adanya sensasi di lingkungan kampus.

Jika berorganisasi hanya sekedar berkata-kata dan bukan lewat kinerja praktisi yang lebih subtansi, pada akhirnya mahasiswa yang berada di lembaga kemahasiswaan hanyut dalam hal-hal yang omong kosong.

Bukan cuman itu saja, juga banyaknya kasus-kasus dalam internal lembaga kemahasiswaan membuat citranya menurun, tak ada yang beres, kegiatannya pun hanya itu-itu saja, membosankan, dari situ bisa dinilai, tak ada yang betul-betul serius untuk berlembaga. Ditambah lagi kepedulian pihak kampus terhadap nasib lembaga saat ini sudah tidak ada, para mahasiswa dibuat kehilangan semangat untuk berorganisasi.

Lembaga dinilai lebih hidup secara pencitraan dari pada tujuannya, itu tak lepas disebabkan karena banyaknya masalah yang menumpuk dan dibiarkan begitu saja, akhirnya para pengurus hilang seketika. Gagasan-gagasan yang hebat tentang semangat berlembaga hanya lewat begitu saja, kenapa demikian, karena niat yang ada di lembaga mengalami penurunan berkomitmen dalam merawat lembaga kemahasiswaan.

Sekarang yang dibutuhkan, bagaimana menghidupkan kesadaran kolektif di dalam diri mahasiswa yang betul-betul ingin memperbaiki lembaga. Kita tak butuh retorika panjang lebar, lembaga hanya butuh kesadaran kolektif dan tindakan serius. Lembaga tak ingin menjadi korban sensasional retorika, yang hanya habis di dalam perbincangan warung kopi, atau kantin kampus, setalah merasa puas, dibiarkan hancur begitu saja.

Mengapa sampai saat ini lembaga kemahasiswaan tak lagi dipedulikan, sebagian alumni turut berkomentar terkait persoalan ini. Mahasiswa yang aktif di kampus berpendapat, katanya putusnya komunikasi antara sesama mahasiswa senior, juga terhadap pihak kampus, tak ada pergerakan sama sekali, dalam mengatasi masalah ini.

Saat ini kegiatan-kegiatan di kampus lebih banyak di ambil alih oleh pihak kampus, seperti kegiatan sosialisasi kampus, atau seminar yang bertema publik, itu tak lagi melibatkan organisasi kampus, juga mahasiswa-mahasiswa masih aktif di lembaga kemahasiswaan. Dengan kondisi seperti ini, bahwa lembaga memang tidak lagi dipentingkan di dalam kampus.

Sejujur yang dibutuh adalah beberapa mahasiswa yang memiliki niat untuk memperbaik kondisi, setidaknya ada tindakan inisiatif mahasiswa lebih awal, mengumpulkam mahasiswa yang masih memiliki rasa perihatin terhadap lembaga, dengan hal ini bisa duduk bersama dengan pihak kampus.

Merawat lembaga hanya membutuhkan niat yang sungguh, lebih berkembang secara produktif. Kami hanya ingin mengakhiri kesenjangan ini, dan mulai lagi berpikir lebih baik. Dengan sikap seperti ini, bisa melahirkan hal-hal yang baik untuk memperbaiki kondisi lembaga kemahasiswaan.

Cita-cita mulia ini selalu diharapkan di kalangan kampus, juga para mahasiswa yang masih ingin berorganisasi. akhir dari ini, Tulisan ini hanya sekedar lebih memberi pesan terkait kondisi lembaga yang tak bernyawa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua tahun lebih vakum, BEM STIE YPUP hadir kembali dengan terpilihnya ketua baru

Hegemoni kampus, hilangnya pemikiran kritis mahasiswa

Mekanisme kuasa dan disiplin tubuh