Hegemoni kampus, hilangnya pemikiran kritis mahasiswa
Pemikiran kritis hidup dalam renungan-renungan refkektif. melindungi kita dari jurang kebodohan, berpikir kritis terkadang tak diberi ruang berpendapat, karena dinilai mengancam kekuasaan. Di sini saya ingin bertanya, apakah mahasiswa masih memiliki pemikiran kritis? jika mereka sadar, bahwa di dalam kampus mempunyai banyak kasus yang membuat kondisi merasa tidak nyaman, namun hanya berdiam diri saja. Juga di sisi lain, mahasiswa takut karena ada ancaman dari pihak kampus.
Saat ini yang saya dengar hegemoni kampus sedang bermain, berupaya membuat mahasiswa tak banyak bicara terkait persoalan kampus, diberi ancaman nilai, dipersulit kuliahnya, dan berbagai intervensi, agar mereka dibungkam. Jelas, jika seperti ini, kondisi kampus sedang tidak sehat.
Jika keadaan sudah menjadi ketakutan, para mahasiswa memilih berdiam diri, sambil memikirkan nasibnya. Padahal kampus adalah ruang intelektual, di mana pola pikir berkembang melalu pertukaran gagasan. Jika dosen membatasinya, dan tak ingin mahasiswanya lebih cerdas dari dia, ini akan menjadi masalah besar dalam pendidikan.
Saat ini kita tak lagi menemukan mahasiswa bermental pemberani, menyuarakan kebenaran, tidak takut dengan ancaman. Yah, seperti yang saya katakan, bahwa adanya proses hegemoni yang terjadi dalam kampus. Lihat saja BEM dan SENAT, dibiarkan mati begitu saja oleh pihak tertentu.
Pemikiran kiritis berkerja untuk menganalisa hal-hal yang ingin diketahui . Kritis sebuah dinamik dalam proses berpikir. Seperti kata Nietzsche, pemikiran yang bersemayam dimalam hari untuk menghidupkan pikiran-pikiran yang sedang tertidur. Kehidupan yang kurang berdinamika, bahwa disitu tak ada reflektif berkerja.
Apa jadinya ketika sebuah cultur membatasi pemikiran kritis, dan dianggap sebagai gangguan terbesar terhadap kaum dominan. Dengan adanya pemahaman seperti itu, hegemoni pemikiran berkerja di ruang akademik. Di mana pola pikir di bentuk untuk menerimah aturan yang telah di tentukan.
Apakah pemikiran kritis akan terus menjadi musuh terhadap orang-orang yang berkuasa? Bagi saya itu pasti, orang yang berpikir kritis akan dianggap sebagai perlawanan. Berpikir kritis kita akan lebih banyak tahu persoalan, dan tidak mudah dipengaruhi.
Apa yang dikatakan oleh Jurgen Habermas, terkait teori kritis lewat teori komunikasi, bahwa segala sesuatu harus dibincangkan, dikritis bersama, bertukar gagasan, agar tak ada kepentingan yang bermain.
Maka berpikir kritis selalu ada dalam ruang-ruang metodologi epistemik. Mengajak kita untuk berwawasan, mengembangkan pola pikir, terutama dalam berilmu pengetahuan. Kesadaran inilah yang kita perlukan dalam cultur intelektual.
Komentar
Posting Komentar