Menulis hasil bacaan
Menulis hasil bacaan buku bagi saya itu penting, juga merawat kemampuan menulis. karena aku sadar, otak manusia kadang bisa melupakan sesuatu ketika berkecamuk dengan bermacam kesibukan, apa yang kita sudah pahami, perlahan hilang dalam pikiran kita. Maka dari itu, pentingnya mencatat atau menulis, agar tersimpan.
Sebenarnya hal seperti ini masih dianggap biasa saja, bahkan tidak berguna, bahwa menulis dan mencatat tidak penting-penting amat, ini hanya persoalan kemalasan saja. Saya sudah mulai membiasakan diri untuk melakukan kegiatan ini, ya, menyampaikan gagasan lewat tulisan itu asik, pikiran kita mengalir.
Selain suka menulis, saya juga senang dengan membaca buku, hubungan antara dua ini memang tak bisa dipisahkan, seperti yang disampaikan para penulis terkenal “Seorang penulis itu adalah seorang pembaca yang aktif,” jadi dengan membaca buku, kita bisa memiliki wawasan yang luas, dan itu sangat membantu dalam persoalan menulis.
Era saat ini, teknologi sudah semakin canggih, orang-orang sudah bisa menggunakan media sosial, jika ingin membuat tulisan itu sudah sangat mudah, meski hanya dengan tulisan-tulisan pendek. Ditambah munculnya webste semacam blog, menjadi sarana di mana orang-orang bisa menyampaikan gagasannya lewat tulisan, kita bisa membagi pengetahuan kita kepada orang-orang yang membaca tulisan kita. Kebetulan saya sering menulis diblog, seperti cerpen, novel, dan esai, tetapi kebanyakan tulisan saya cerpen.
Melamun adalah semacam ritul agar pikiran bisa menemukan ide, menghubungkan hasil bacaan dengan fakta-fakta yang didapatkan, itulah mengapa orang-orang kadang mendapatkan gagasan di saat sedang duduk sendiri, ngopi, merokok, atau kegiatan lainnya.
Di sisi lain, menulis dan membaca buku kumanfaatkan agar kekosongan tidak membuatku resah. Bagiku, perasaan itu bagaikan musuh yang menggigit seluruh isi pikiranku.
Di saat hari libur, saya mencari buku yang sudah selesai dibaca. Saya benar-benar mencerna hasil bacaan, lalu mencoba membuat tulisan. Kadang aku mengira-ngira, apakah tulisan ini akan menarik nantinya? Aku tak perlu memikirkan itu, yang terpenting menulis saja dulu. Kemampuan menulis saya tak sehebat penulis awal lain, terkadang saya harus membacanya kembali, memperhatikan setiap tulisan, menulis beberapa potongan kalimat, ya, maklum, biasa aku kurang teliti.
Bisa dibilang semacam resensi buku, bedanya saya tidak membahas si penulis bukunya, dan hanya terfokus kepada tema pembahasannya saja. Tulisan saya berdasarkan hasil bacaan buku-buku filsafat. Selain suka baca cerpen dan novel, dari dulu saya sudah senang membaca buku bertema filsafat.
Aku pernah mendengar orang berkata seperti ini, “Menulis itu kegiatan yang membosankan.” Wajar saja, mengingat budaya literasi di negeri kita ini sangat rendah, jangankan menulis, membaca buku saja malasnya minta ampun.
Jika menulis itu membosankan, mungkin itu hanya berlaku kepada mereka-mereka saja. Ada kesenangan tersendiri bagi orang-orang yang suka menulis, itu sulit untuk dijelaskan, menulis itu sangat menyenangkan, melatih pemikiran kita, apalagi jika tulisan kita senang dibaca oleh orang-orang, bahagianya itu sampai ke ubun-ubun.
Jadi, kegiatan menulis dilakukan dengan penuh kesenangan, bahkan biasanya sampai lupa waktu. Membaca buku menjadi waktu luang bagi saya, meski kadang membacanya sepotong-sepotong, mungkin efek dari usia, kondisi tubuh yang terkadang kecapean, tak mampu duduk berlama-lama, jadi saya harus pandai-pandai mencari kenikmatan. Menulis dari hasil bacaan, duduk sambil leyeh-leyeh, membayangkan sebuah cerita, seperti itulah hari-hari saya.
Komentar
Posting Komentar