Mekanisme kuasa dan disiplin tubuh

Oleh: Sahru Ramadhan


Manusia adalah makhluk yang bebas, bertindak dengan bebas, berpikir dengan bebas, Namun mereka hidup di tengah kaida sosial yang menjadi pedoman perilaku, sehingga dalam setiap pilihannya ditentukan oleh lingkungan yang berlaku.

Kebudayaan merupakan proses pendisiplinan, yang diproyesikan begitu rapi, hingga tumbuh menjadi tradisi turun-temurun. Berbicara tentang Disiplin, saya menggunakan pemikiran Michel Foucault terkait Disiplin tubuh. Menurutnya, disiplin merupakan tindakan untuk menghasilkan manusia-manusia yang terkontrol, yang dapat diperlakukan sebagai tubuh yang patuh. Hal ini, menjadi salah satu bentuk kritik Foucault terhadap era modernisasi dan strukturalisme.

Foucault juga berbicara tentang hubungan kuasa dan pengetahuan. Baginya, kebudayaan atau aturan-aturan sistematis merupakan proses kerja antara kekuasaan dan pengetahuan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Menurutnya, di era modernisasi manusia menjadi objek pengetahuan, yang diteliti dan dibentuk perilakunya.

Jika manusia senantiasa menjadi objek kekuasaan, yang paling menonjol terutama dalam sistem dunia kerja. Adanya sebuah keterampilan tubuh yang dibentuk, dilatih dan dikoreksi. Demi menciptakan manusia yang tunduk terhadap aturan dan siap untuk diperintah.

Dengan penjelasan di atas, Foucault terlihat sangat skeptis, terutama di hadapan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam ungkapan foucault, bahwa relasi antara kuasa dan pengetahuan menjadi alat teknik yang di tanamkan dalam tubuh manusia, dan menjadikan manusia sebagai objek pengetahuan yang dikontrol.

Dalam benak foucault, terkait kekuasaan dan pengetahuan yang selalu tersimpul dalam konsep disiplin. Itu tak lepas hubungan dari masyarakat modern saat ini, pesatnya teknologi yang sangat ideologis, telah menjadi alat praktis manusia. Bahwa aktivitas pendisplinan telah mengalir dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Pengetahuan yang dihasilkan selalu bersifat mekanistik, memberikan bentuk keyakinan rasional, bahwa kehidupan bekerja secara instrumen, seperti sebuah arloji.

Proyek pendisplinan, pengetahuan tak lagi berbicara emansipasi manusia, tetapi lebih mendorong manusia dalam kondisi tunduk terhadap mekanisme kekuasaan.

Tubuh yang disiplin telah sampai ke wilayah rasionalitas, yang juga turut serta mengontrol sikap berfikir masyarakat. Layaknya cctv di sudut-sudut kota, memantau para tindakan kriminal.

Dengan hal seperti ini, sesuatu kebebasan menjadi hal yang asing bagi masyarakat, ia menjauh, namun dirindukan. Manusia akan selalu terbelengu dan terdampar dalam lautan kekuasaan.

Di dalam kekuasaan, tumbuh berbagai macam pengetahuan. Seperti teknologi, industri, brokrasi dan konsumsi. Yang sampai saat ini memberikan konsep keyakinan yang kian besar, bahwa kehidupan itu perlu dikendalikan.

Hidup yang dikelompokkan dan dipantau agar manjadi manusia yang berguna. Foucault menyisir ke dalam proses tersebut, seperti inilah mekanisme kuasa, lewat pengetahuan, sikap manusia dilahirkan.

Kehadiran Foucault layaknya manusia yang aneh, dia tak memiliki kecemasan, mungkin itulah kebebasan. membawa cerita-cerita menakutkan, juga gelisah.

Foucault juga menolak untuk diakui sebagai ilmuwan tertentu. Dia menganggap itu hanya menjadi penghalang baginya, untuk membuat dirinya berubah.

Terkait pemikiran michel foucault dalam tulisan ini, kuasa disiplin adalah hal yang menarik bagi saya, mengenal proses mekanisme kekuasaan, bersifat teknis yang tak dirasakan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua tahun lebih vakum, BEM STIE YPUP hadir kembali dengan terpilihnya ketua baru

Hegemoni kampus, hilangnya pemikiran kritis mahasiswa