SEMIOTIK KESADARAN BERBELANJA
Penulis: Sahrul Ramadhan
Budaya konsumen bisa di sebut sekumpulan massa yang aktif dalam berbelanja. Adanya konsep gaya hidup yang di populerkan di dalam pola pikir masyarakat sekarang, mulai dari motif-motif pakaian hingga penampilan fisik tubuh yang di perjuangkan. Motif berbelanja saat ini lebih mendominasi dari segi apa yang tren saat ini. Ini tak lepas adanya kesadaran mengedepankan citra dalam berpenampilan. Di dalam budaya konsumen masyarakat rela menghamburkan uang demi membeli barang yang dia ingin.
Media sosial sangat berperan penting dalam mengkonstruk kesadaran manusia, lewat mengiklankan prodak yang di tampilkan akan merangsan kesadaran manusia untuk segera membeli. Di sini peran semiotik dari segi bentuk pakean yang mengangkat citra manusia dalam berpenampilan. Lewat kesadaran semiotik media sosial memproduksi konsumen, kerja-kerja seperti memiliki konsep bagaimana sebuah prodak itu di sukai oleh publik. Disini kesadaran konsumen di bentuk, di dalam proses berbelanja konsumen akan tertarik terhadap prodak hanya dari sisi luarnya saja.
Relasi media sosial dan bentuk-bentuk prodak, akan mendominasi konsep berbelanja masyarakat lewat peran iklan. Kesadaran konsumen di bentuk dalam menilai suatu prodak bukan lagi dari segi fungsinya tapi bentuknya yang terlihat lebih menarik. Dari sini terbentuk sebuah budaya berlanja masyarakat yang dangkal. Keinginan untuk berlanja terus diseret dengan permainan citra. Bahwa dalam sebuah bentuk prodak disana ada imajinasi yang bermain, sebuah mimpi tentang gaya hidup yang lebih menarik.
Manusia akan bermimpi tentang sebuah penampilan ketika di mengunakan prodak itu. Inilah motif hegemoni sebuah produk di turunkan lewat permainan semiotik. Manusia tak menyadari itu, bahwa dalam konsep pemasaran disana ada simulasi bentuk produk. Di masa sekarang, dalam proses belanja dimana keinginan lebih cepat berlari ketimbang berangkat dari kebutuhan.
Manusia akan berbelanja ketika ada model baru hadir. Kesadaran akan sebuah kebutuhan hilang di permukaan pemikiran. Keberhasil sebuah semiotik dalam mengkonstruk manusia lewat tekanan citra, akan memaksa keinginan untuk terus berkuasa di dalam khendak manusia. Bahwa kesadaran tentang sebuah belanja di maknai sebagai bentuk kesenangan.
Kesanangan semu yang nindas imajinasi manusia akan sebuah mimpi yang penuh dusta. Emberto eco berkata, semiotik pada prinsipnya ilmu yang di gunakan untuk berdusta. Perkataan ini ketika di konteks dalam citra sebuah produk pakean, itu tak lepas dalam semua produk yang di iklankan atau di pasarkan ada unsur kedustaan lewat permainan citra.
Lemanya kesadaran kritis masyarakat, akan mendorong kelestarian sebuah kedangkalan berfikir masyarakat dalam beraktivitas. Tulisan ini berangkat dari situasi di era modrnisasi, namun sifatnya hanya subjektif dan hanya sekedar reflektif tentang sebuah aktivitas belanja saat ini.
Komentar
Posting Komentar